Puasa Pertamaku

 

Putriku
Dokpri: Jihan & Anindita 

Puasa Pertamaku 

Ini adalah kisah puasa pertamaku di tahun 2023. Ada yang berbeda puasa tahun ini dengan tahun -tahun sebelumnya. Karena tahun ini kami dan sekeluarga pindah di rumah baru dan suasana yang berbeda. Tentu saja kami harus bisa menyesuaikan dengan lingkungan yang baru.

Rumah yang kami tempati sebenarnya sangat strategis, selain dekat jalan besar juga dekat dengan masjid. Yang sedikit berbeda adalah tetangga kami ada yang berbeda keyakinan dan juga berbeda manhaj. Hal itu juga bukanlah masalah besar bagi kami, karena selama ini kami juga biasa hidup rukun berdampingan meskipun berbeda manhaj dan keyakinan. 

Putriku ada dua, satu berusia 10 tahun dan satu lagi menginjak usia 5 tahun. Putri pertamaku bernama Jihan Talita Ulfa Ritonga dan putri kedua bernama Anindhita Faliha Ritonga. Keduanya ada nama Ritonga, karena ayah mereka berasal dari medan, maklum harus di labeli marga di belakang namanya. Alhamdulillah kakak sudah bisa puasa penuh, sementara si adek masih puasa setengah hari atau puasa beduk istilah orang jawa. Meskipun si adek belum bisa puasa penuh, tetapi dia yang paling heboh menyambut kehadiran bulan ramadhan. 

Taraweh pertama di lingkungan baru tentu masih canggung. Apalagi di tempat baru kami ada 3 masjid yang jaraknya berdekatan. Sebenarnya bagi seorang perempuan lebih afdhol sholat di rumah. Karena ingin mengenalkan anak-anak sholat taraweh di masjid, maka saya mengajak mereka sholat di masjid. Sholat berjamaah akan menimbulkan semangat baru bagi anak-anak. Apalagi ini momen penting di bulan ramadhan, jangan sampai mereka kehilangan nikmatnya sholat taraweh berjamaah di masjid.

Pilihan kami adalah masjid yang paling dekat dengan rumah. Jarak dari rumah kira-kira tidak sampai 20 meter. Ketika suara adzan isya' berkumandang kami bergegas menuju masjid. Setelah sampai halaman masjid, hati kami sedikit ragu. Kok jamaah perempuan rata-rata berpakaian warna hitam, sementara kami bertiga memakai mukena warna putih sementara dedek menggunakan mukena warna pink. Kami merasa canggung, tapi tetap ikut sholat isya' berjamaah di masjid tersebut. Selesai sholat, si kakak berbisik, mengajak pindah masjid saja untuk sholat taraweh. Akhirnya kami meninggalkan masjid tersebut dan pindah ke masjid yang lainnya. Namun yang kami heran, bukan kami saja yang pulang tapi ada beberapa jamaah yang pulang meninggalkan masjid. Kata kakak, kok mereka juga ikut pulang, apakah mereka tidak sholat taraweh. Akhirnya saya bilang ke putri pertamaku, mungkin mereka sama seperti kita hanya sholat isya'saja di situ tidak ada sholat taraweh.

Akhirnya kami sholat taraweh di masjid yang berbeda. Tempatnya lebih besar dan lebih ramai jamaahnya, meskipun jaraknya lumayan agak jauh dari tempat tinggal kami. Isi ceramahnya sangat menarik sekali, yaitu tentang perlunya generasi yang kuat untuk menjaga kemuliaan Islam. Salah satu poinnya adalah ketika kita meninggalkan generasi yang lemah maka umat ini juga akan lemah jadi mudah sekali di ombang ambingkan. Al-Qur'an sebagai rujukan ilmu pengetahuan dunia akherat. Warisi generasi dengan Al Qur'an agar menjadi manusia cerdas dan berakhlakulkarimah. 

Alhamdulillah, puasa pertama dilalui dengan indah. Ada banyak pengalaman dan kenangan yang bisa di bagi. Langit begitu cerah dan angin bertiup begitu lembut. Selembut hati yang sedang menuju ridho Robbul Alamin. Meskipun malam ini kami harus berpindah masjid bukan karena kami tidak sepaham atau merasa kami berbeda. Tetapi karena kami masih canggung sebagai warga baru. Bukankah Islam itu satu meskipun berbeda manhaj bukan berarti Tuhan kita berbeda. 

Do'a kami, " ya Robbi telah engkau pertemukan kami di bulan ramadhan maka sampaikanlah kami di hari kemenangan Idul Fitri, Aamiin.



Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

KOMITMEN MENULIS DI BLOG

Menulis Semudah Ceplok Telor